5 Perbedaan Film Horor Dulu dan Sekarang di Indonesia

Penulis : Adi Selamet
Terbit : 8 Oktober 2015

Sumber gambar : hdpixels.net
Keterangan : Jennifer Lawrence

        Siapa yang tidak menyukai film bergenre horor? Suasana mencekam dan hantu menakutkan? Apa sih film horor itu? Film horor itu film yang berusaha membangkitkan rasa takut dan ngeri dari penontonnya yang berkisah tentang setan, tempat angker, dendam yang dibawa mati, dan lainnya.

Menurut FilmIndonesia.or.id, ada 240 film horor di Indonesia yang diproduksi sampai tulisan ini diterbitkan. Jumlah yang tidak sedikit. Horor adalah salah satu genre film yang masih bertahan.

Berikut ini adalah 5 perbedaan film horor dulu era pemerintahaan Soehato (1966-1998) dengan film horor sekarang era Reformasi (1998-sekarang) :

1. Seram

Keterangan : Poster film Ajian Ratu Laut Kidul


        Seram tidak bisa dilepaskan dari film horor karena film horor dibuat untuk menakuti penontonnya. Film-film horor dulu lebih seram dan menegangkan seperti setannya, alur tempat juga musiknya.

Kita akan merasa takut jika menonton film-film dulu seperti yang diperankan oleh Almarhumah Suzanna dalam film "Sundel Bolong di Telaga Angker", "Malam 1 Suro", "Ajian Ratu Laut Kidul", Sundel Bolong", "Titisan Dewi Ular", "Ratu Buaya Putih", dan "Ratu Ilmu Hitam".

Jangan kaget jika Suzanna dijuluki sebagai "Ratu Horor Indonesia" karena kualitas aktingnya. Jika saya menonton film-film dulu pasti saya takut dan tidak mau menontonnya kecuali ditemani oleh teman, saudara, atau orangtua.

Bahkan setelah menontonnya, saya tidak bisa tidur juga selalu terbayang-bayang setannya seolah datang dan menemani tidur saya. Hihihi.. Ibu saya pun selalu menemani saya tidur daripada saya ketakutan.

Keterangan : dewi Persik berperan sebagai setan di film Bangkit dari Lumpur


        Film sekarang? Kadang saya merasa heran, namanya film horor tapi tidak menyeramkan bahkan disisipi seks dan ceritanya tidak jelas. "Pacar Hantu Perawan", "Dendam Pocong Mupeng", "Tragedi Pesawat 574", "Bangkit dari Lumpur", "Sumpah Pocong di Sekolah", dan "Pocong Ngesot" adalah beberapa film yang tidak jelas.

Dari semua film horor modern, "Rumah Kentang" (2012), "4 Tahun Tinggal di Rumah setan", "Keramat", "Lantai 13" dan "Kuntilanak Casablanca" adalah 4 dari beberapa film yang menyeramkan dan berkualitas di Indonesia.

2. Seks dan Peringatan Bahwa Film Hanya untuk 17 Tahun ke Atas

        Bagi mereka yang dewasa, film yang dibumbui seks memang tidak masalah dan para produser film berlomba-lomba menampilkan seks dalam film mereka meski alur cerita tidak jelas demi untung besar.

Celakanya, anak-anak pun bisa menontonnya dan bisa berakibat fatal seperti persepsi bahwa seks bebas adalah ciri modern.

          Film-film jaman dulu yang terdapat seks pasti ada peringatan agar hanya ditonton oleh orang dewasa seperti "Ratu Laut Kidul" yang diperankan oleh Almarhumah Suzanna. Sedangkan film-film sekarang menonjolkan seks tanpa peringatan seperti "Jenglot Pantai Selatan", "Kutukan Arwah Santet",.

Beda dengan film sekarang yang lebih menonjolkan seks dan alur cerita tidak jelas seperti film "Jembatan Semanggi", "Suster Keramas 1", "Suster Keramas 2", "Pocong Kamar Sebelah", dan "Rumah Hantu Prapanca".

Untuk saat ini, "Rumah Kentang" yang diperankan oleh Sandy Aulia dkk adalah film terseram bersama "Jelangkung", "Keramat", dan "Lantai 13".

3. Jalan Cerita Jelas atau Tidak Memuaskan

        Alur cerita dalam sebuah karya sastra seperti novel, film, atau komik harus dibuat sedemikian rupa agar pembaca atau penonton semakin penasaran.

Filim-film jaman dulu berjalan apa adanya memuaskan seperti film berjudul "Malam satu Suro". Film ini berkisah tentang sepasang suami bernama Ki Rengga dan istri hidup di hutan dan mereka tidak mempunyai anak.

Lalu, suaminya membangkitkan kuntilanak dan memakunya sehingga ia menjadi gadis yang diberinama Suketi. Suatu hari, Bardo dan temannya berburu di hutan namun tidak mendapatkan buruan. Bardo pun melihat dan menyukai Suketi yang sangat cantik. Bardo pun menikahi Suketi pada malam 1 Suro sesuai syarat yang diberikan oleh ayah Suketi. 

Bardo dan Suketi pun hidup bahagia dan kaya raya di kota membuat pesaing bisnis Bardo iri hingga paku di kepala Suketi dicabut oleh penjahat. Satu per satu penjahat dibunuhnya dan Bardo baru sadar ternyata istrinya, Suketi menjadi kuntilanak dan kembali ke alam ghaib atas bantuan kyai.

Ya, kyai atau tokoh agama menjadi tokoh bijaksana yang mampu mengusir dan menenangkan arwah penasaran.

          Film-film sekarang justru mengecewakan dan ceritanya memang mengutamakan seks atau memamerkan kemolekan para wanita seperti film berjudul "Hantu Tanah Kusir". Dalam film ini kemolekan tubuh Miyabi atau Maria Ozawa lebih utama disorot padahal inti cerita film ini sungguh mengecewakan.

4. Artis Lokal vs Artis Impor

        Kualitas sebuah film tidak akan bisa dilepaskan dari kemampuan para artis, produser, sutradara, dan orang-orang di balik layar.

Meski menggunakan para artis lokal, film-film jaman dulu memang berkualitas bahkan masih menakutkan bila diputar lagi oleh pihak stasiun TV tiap liburan. Bang Bokir yang sudah tua pun tetap bermain dan aksinya sungguh lucu meski di film horor seperti film "Sundel Bolong". Kata Suzanna yang paling fenomenal dalam film ini adalah "Bang, satenya bang. Satenya 200 tusuk, makan di sini !".

        Film-film sekarang? Para produsen film pun berlomba-lomba mendatangkan para artis porno dari luar negeri. Misalnya, Maria Ozawa atau Miyabi dari Jepang di film "Menculik Miyabi" dan "Hantu Tanah Kusir" oleh Maxima Pictures, dan Heather Storm dari AS dalam film "Paku Kuntilanak".

Jikapun tidak menggunakan para artis luar negeri, para produser menggunakan para wanita cantik dan seksi seperti Dewi Perssik, Julia Peres, dan Cynthiara Alona.

5. Tokoh Agama atau Dukun?

        Meski hanya tokoh pelengkap, tokoh agama seperti kyai atau dukun bisa membuat cerita lebih seru dan memuaskan. Tokoh agama selalu muncul sebagai tokoh bijaksana yang mampu menenangkan dan mengusir setan seperti film "Ratu Buaya Putih'. Film ini mengisahkan, setelah seorang gadis yang dirasuki siluman buaya membunuh seorang pawang buaya yang paling kejam, Sumarna (Soendjoto Adibroto), kyai datang bersama warga dan mengusir siluman dengan doa agar tidak mengganggu warga yang tinggal di dekat sungai. Dalam film ini jelas, masalah diselesaikan dengan baik oleh tokoh agama yang dekat Tuhan Yang Maha Kuasa.

          Dukun akrab dengan orang-orang yang mengutamakan seks dan kebebasan hidup dalam film-film sekarang. Film "Rumah Pondok Indah" misalnya. Dalam film ini, dukun wanita mampu menyingkap misteri setan penunggu rumah di pondok indah sehingga tabir kejahatan sang pelukis alias pemilik rumah terbongkar. Yup, film horor modern cenderung menggunakan perdukunan dan klenik.

        Tidak semua film horor modern jelek dan tidak berkualitas tapi itulah yang saya rasakan. Saya menghargai mereka yang membuat film-film berkualitas dan tidak menampilkan aurat wanita.

Jika tua, para artis wanita tidak akan digunakan lagi dalam pembuatan film tapi itu pilihan setiap artis yang ingin tenar. Kita bebas berpendapat dan berekpresi tapi jangan lupa, kita harus mempertanggunjawabkannya. Bagaimana dengan Anda ???
Adi Selamet Seorang pendiam yang suka membaca dan menulis secara diam-diam

3 Komentar untuk "5 Perbedaan Film Horor Dulu dan Sekarang di Indonesia"

  1. kalo saya sih gak suka film horor gan,, suka kebayang klo sendirian,, jadi takut nih,, hihihi

    BalasHapus
  2. Review film horror yang luar negri dong gan, kaya sadako, dll....

    BalasHapus
Berkomentarlah yang sopan dan sesuai artikel yang Anda baca. Pengelola Gantengue tidak bertanggungjawab atas komentar Anda.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel