Pertemuan yang Mengundang Perang Rusia-Turki

Penulis: Adi Selamet
Terbit: Jum'at, 17 Januari 2020

Sumber gambar: en.wikipedia.org
Keterangan: Ratu Chaterine II dari Rusia

Setelah menaklukan Krimea Khanate pada 1774, Kekaisaran Rusia semakin yakin Kesultanan Ottoman telah lemah.

Terlebih pasukan Ottoman kesulitan menahan laju pasukan Rusia di Kaukasus dan Eropa Timur.

Di sisi lain, Kekaisaran Romawi Suci merasa perlu bersekutu lagi dengan Rusia untuk menekuk Utsmaniyah.

Ratu Rusia, Catherine II (memerintah 1762-1796) mengundang Kaisar Romawi Suci, Joseph II (memerintah 1765-1790) untuk membahas cara mengalahkan Ottoman lebih lanjut.

Sumber gambar: en.wikipedia.org
Keterangan: Kaisar Joseph II

Berita pertemuan mereka di Krimea pada awal 1787 tiba di Istanbul, Turki. Sultan Abdul Hamid I (memerintah 1773-1789) yakin mereka berniat jahat.

Sumber gambar: en.wikipedia.org
Keterangan: Sultan Abdul Hamid I

Sultan menyatakan perang dan Perang Rusia-Turki (1787-1792) pun pecah.

Selama Agustus 1787, kedua pasukan Turki dan Rusia bertempur di kawasan Kaukasus, Laut Hitam, dan Moldavia.

Tanpa berpikir panjang, Kaisar Austria menyatakan perang pada Ottoman dan Perang Austria-Turki (1788-1791) juga terjadi.

Tentara Turki kewalahan menghadapi tentara Rusia dan Austria di berbagai front.

Austria begitu mudah merebut sebagian Kroasia dan kota Belgrade (Beograd) di Serbia.

Sementara Rusia semakin kuat menggigit Moldavia dan Semenanjung Krimea.

Desakan Kerajaan Prusia dan Perancis menjadi sebab Austria tak dapat melanjutkan perang kecuali Austria mau berperang melawan Prusia dan Perancis bersamaan.

Diprakarsai oleh Belanda, Inggris, dan Prusia, Austria setuju berdamai dengan Turki.

Utusan Turki dan Austria sepakat berdamai di Sistova, Bulgaria pada 4 Agustus 1791.

Perjanjian damai ini berisi bahwa Sultan Selim III (memerintah 1789-1807) mengakui Kaisar Leopold II (memerintah 1790-1792) setara dengannya.

Sumber gambar: en.wikipedia.org
Keterangan: Kaisar Leopold II

Sebagai imbalannya, Turki menerima Belgrade dan wilayah lain yang direbut Austria.

Lewat Perjanjian Jassy (9 Januari 1792), Turki terpaksa menyerahkan Moldavia ke Rusia daripada perang lagi.

Berbeda dengan Rusia yang mendapatkan wilayah baru, Austria justru menanggung hutang sebesar 400 juta gulden pada 1790 dari sebelumnya 22 juta gulden.

Sumber gambar: en.wikipedia.org
Keterangan: Sultan Selim III

Di Turki, Sultan Selim semakin mantap untuk memodernisasi militer bergaya Perancis.

Meski pada akhirnya, Sultan digulingkan dan dibunuh oleh pihak Janissary yang menolak pembaruan militer.
Adi Selamet Seorang pendiam yang suka membaca dan menulis secara diam-diam

1 Komentar untuk "Pertemuan yang Mengundang Perang Rusia-Turki"

  1. ini pelajaran sejarah dunia yg gk pernah diajarin di sekolah.

    jangan lupa kunjungi juga ya
    hhtps://looperday.blogspot.com

    BalasHapus
Berkomentarlah yang sopan dan sesuai artikel yang Anda baca. Pengelola Gantengue tidak bertanggungjawab atas komentar Anda.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel